Sabtu, 04 Maret 2017

Pencitraan di Media Sosial, Yay or Nay?

Beberapa minggu terakhir jagad dunia maya lagi ramai membicarakan soal video clip terbarunya Awkarin yang (lagi-lagi) kontroversial.

And what is my reaction? KAGET.. tapi yasudalaaaahhh.....

Di mata para haters, awkarin memiliki image "si anak daerah pintar dan baik-baik, pindah ke Jakarta pergaulannya jadi ga terkontrol". Di sisi lain, justru awkarin sendiri membangun image sebagai "bad girl, gapapa nakal yang penting pintar".

Kali ini aku ga akan membahas soal perubahan drastis seorang awkarin,  tapi yang mau aku bahas justru tentang bagaimana Awkarin membangun pencitraan/ image nya di media sosial.

Perlu ga sih pencitraan di media sosial??

Source: http://uplifted.net/wp-content/uploads/2015/02/BannerA.jpg


Kalau aku perhatikan dengan seksama, Awkarin memang sengaja membangun image nya sebagai "bad girl", apalagi setelah kemunculan video clip terbarunya. Apa yang melatarbelakangi akhirnya Awkarin membangun image tersebut bisa berbagai macam kemungkinan, bisa karena dia mau menunjukkan siapa dia yang sebenarnya saat ini, atau bisa juga untuk kepentingan komersil, atau kemungkinannya karena keduanya.

Oke, balik lagi ke pertanyaan sebelumnya, perlu ga sih kita membangun pencitraan di media sosial? Kalau untuk aku pribadi sih  PERLU. Kenapa? Karena di media sosial, banyak orang yang ga benar-benar peduli dengan kehidupan kita, mereka hanya KEPO. Dan banyak juga yang sebatas mengenal kita, tapi ga benar-benar tau tantang siapa diri kita sebenarnya, bahkan banyak yang sama sekali ga kenal. Makanya banyak banget orang-orang yang menyimpulkan karakter dan seperti apa kehidupan pribadi kita hanya melihat dari postingan-postingan kita di media sosial.

Jadi, membangun pencitraan di media sosial buatku perlu banget.

Awkarin mencoba membangun pencitraan/image dirinya sendiri sebagai "bad girl", kalau aku justru sebaliknya. Aku memilih membangun pencitraan baik tapi tetap jadi diri sendiri. Di Facebook yang sebagian besar teman-temanku hanya sekedar kenal dan bahkan banyak yang ga kenal, aku cenderung untuk memberikan pencitraan yang sangat baik. Setiap kali bikin status, aku pikirkan kata-katanya secara masak. Ga ada cerita aku bikin status di Facebook, "duuuh aqo33eehh bokek niCh !@#$%^&*(.".

Berbeda dengan Path atau Twitter, yang sebagian besar followersnya memang orang-orang yang aku kenal secara personal, jadi aku lebih bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran aku tanpa perlu dipikir masak-masak.

Kalau di tumblr dan blog sebelah, sisi melankolis, puitis, sintetis, antis yang menonjol banget HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Tapi sebenarnya sepenting apa sih pencitraan di media sosial??

Udah pernah denger isu-isu yang merebak beberapa tahun terakhir ini, kalau beberapa HRD suka "ngintip" media sosial para pelamar?? Dan hal itu ternyata bukan hoax lho, beberapa HRD memang melakukan hal tersebut. Coba bayangkan kalau CV kita OKS banget, interview berjalan lancar, tapi pas HRD lihat media sosial kita penuh makian, kebencian, kata-kata sensor, atau yang sering banget terjadi adalah status-status "dikit-dikit ngeluh". Kalau kamu sebagai HRD nya, kira-kira tetap mau terima kandikat yang udah OKS banget tapi postingan di media sosialnya ga banget?

Think twice guys mulai dari sekarang.

Di jaman canggih seperti saat ini, media sosialmu adalah portofoliomu. 

Karena memang semudah itu mencari tau profil seseorang di media sosial, hanya berbekal googling.

Tapi semuanya balik lagi ke pilihan masing-masing sih. Awkarin mungkin yakin 100% kalau karir dia saat ini akan terus cemerlang, lantas dia ga perlu melamar pekerjaan, jadi dia masih bisa membangung "bad girl" image nya.

Kalau Awkarin nge-vlog, keluar banyak kata-kata kotor, mungkin netizen memaklumi, kerena seperti itulah image yang mau dia tonjolin. Bayangin kalau Kaesang, yang meskipun gaul, tiba-tiba keluarin kata-kata kotor di vlog nya, mungkin dia bisa kena boikot hihihi.

Jadi pilihannya ada di diri kita sendiri, mau membuat pencitraan seperti apa di media sosial kita. Tapi jangan lupa untuk siap dengan konsekuensinya :)

Baca juga tentang Social Media? nya Eka Zaini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar